bio.fsm.undip.ac.id — Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika (FSM), Universitas Diponegoro kembali menorehkan kiprah internasional dengan menggelar program Summer Course 2025 di Kepulauan Karimunjawa pada 9 – 14 Mei 2025. Kegiatan ini dihadiri oleh 49 peserta serta narasumber dari enam negara berbeda, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Jerman, Bangladesh, dan Brasil. Program ini terselenggara berkat dukungan World Class University (WCU) Program.
Rully Rahadian, S.Si., M.Si., Ph.D., selaku ketua pelaksana, menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang untuk memperkenalkan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia—terutama kawasan konservasi Taman Nasional Karimunjawa—kepada peserta dari berbagai belahan dunia. Tidak hanya belajar di ruang kelas, para peserta diajak langsung turun ke lapangan untuk memahami ekosistem mangrove, padang lamun, terumbu karang, hingga ekosistem pesisir dan terestrial.
“Tujuan kami tidak semata-mata untuk memberikan teori, tetapi agar peserta bisa merasakan langsung bagaimana cara mendata dan menganalisis keanekaragaman hayati yang ada di lapangan,” ujar Dr. Rully.
Kegiatan lapangan berupa praktik pendataan ekosistem mangrove di Taman Nasional Karimunjawa.
Selama di Karimunjawa, peserta mengikuti berbagai aktivitas mulai dari identifikasi tumbuhan dan satwa, pengamatan burung, hingga pengukuran kerapatan lamun dan kondisi terumbu karang. Mereka juga berdialog langsung dengan warga lokal dan wisatawan untuk memahami aspek sosial dan potensi ekowisata yang berkembang di daerah ini.
Program ini turut melibatkan pemateri dari sejumlah institusi ternama, seperti Universitas Diponegoro, Universitas Muhammadiyah Semarang, Universiti Malaysia Terengganu, Universitas Mataram, National University of Singapore, hingga King Abdullah University of Science and Technology dari Arab Saudi.
Peserta Summer Course 2025 melakukan presentasi kelompok sebagai salah satu output dari kegiatan praktik lapangan.
Salah satu momen yang cukup menarik dalam program ini adalah sesi pengenalan metode Autonomous Reef Monitoring Structure (ARMS), sebuah pendekatan pemantauan biodiversitas laut yang disebut-sebut sebagai “hotel bawah laut” bagi organisme kecil penghuni dasar laut. Metode ini merupakan bagian dari kerja sama riset antara Departemen Biologi FSM UNDIP dan Lee Kong Chian Natural History Museum, National University of Singapore. Melalui ARMS, data biodiversitas bisa diolah baik secara morfologi maupun dengan pendekatan molekuler.
Instalasi alat yang digunakan dalam metode Autonomous Reef Monitoring Structure (ARMS)
Setelah menyelesaikan rangkaian kegiatan di Karimunjawa, peserta diajak menjelajah Semarang dan sekitarnya sebagai penutup program. Mulai dari mengunjungi Lawang Sewu, Museum Kereta Api Ambarawa, hingga bersantai di tepi Danau Rawa Pening.
Dr. Eng. Adi Wibowo, S.Si., M.Kom., selaku Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FSM UNDIP, menyatakan bahwa program ini merupakan bentuk nyata kontribusi fakultas terhadap target pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), terutama pada bidang konservasi laut dan daratan, yakni SDG 14 dan SDG 15.