bio.fsm.undip.ac.id. Sebagai seorang Dosen dan Peneliti Departemen Biologi dari Kelompok Bidang Keahlian Ekologi dan Biosistematika, Dr. Jumari, S.Si, M.Si telah berhasil mengungkap fenomena menarik melalui penelitiannya di Masyarakat Desa Lerep, Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Penelitian ini difokuskan pada bidang Etnobiologi, khususnya dalam kaitannya dengan keterkaitan antara biodiversitas, budaya, dan kearifan lokal masyarakat setempat.
Tujuan utama penelitian Dr. Jumari adalah untuk mengkaji pengetahuan masyarakat Desa Lerep dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hayati di sekitar lingkungan mereka. Melalui dokumentasi dan analisis, penelitian ini berhasil menyoroti keberagaman hayati lokal dan kearifan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat desa tersebut.
Manfaat dari penelitian ini sangat besar, terutama dalam konteks kajian kearifan lokal dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hayati. Temuan ini menjadi bukti bahwa masyarakat lokal/tradisional memiliki kapasitas untuk memanfaatkan dan mengelola keanekaragaman hayati lokal guna menjamin kehidupan yang berkelanjutan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi model dalam pengelolaan keanekaragaman hayati di masa depan.
Dari hasil penelitian ini, Dr. Jumari melaporkan bahwa Masyarakat Desa Lerep memiliki keterkaitan yang kuat dengan sumberdaya hayati di sekitar tempat tinggal mereka. Mereka tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas tentang berbagai jenis tumbuhan lokal, tetapi juga memiliki kearifan tradisional dalam memanfaatkannya untuk keperluan pangan, obat tradisional, upacara tradisi, dan kegiatan ekonomi.
Desa Indrokilo, yang terletak di sebelah barat kota Ungaran, dikenal dengan suasana sejuk dan asrinya. Lahan desa yang berupa perbukitan dan perkebunan, berbatasan dengan lereng Gunung Ungaran, memberikan kontribusi penting terhadap keanekaragaman hayati yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
Salah satu temuan menarik dari penelitian ini adalah adanya 135 jenis tanaman berguna yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Lerep untuk berbagai keperluan. Analisis Indek Kepentingan Budaya (ICS) menunjukkan bahwa jenis tanaman seperti kopi, aren, cengkeh, jahe, dan kelapa memiliki kepentingan budaya yang tinggi, tidak hanya dalam aspek kehidupan sehari-hari tetapi juga secara ekonomi sebagai komoditas potensial.
Masyarakat Desa Lerep juga tetap mempertahankan tradisi-tradisi mereka, seperti tradisi iriban, bersih desa, dan sadranan. Tradisi-tradisi ini sangat terkait dengan keanekaragaman hayati di sekitar lingkungan mereka. Sebagai contoh, tradisi iriban memiliki tujuan untuk melestarikan sumber mata air di desa tersebut, dan melibatkan penggunaan 21 jenis tumbuhan yang ditemukan di sekitar Dusun Indrokilo.
Selain itu, masyarakat Desa Lerep memiliki kearifan dalam kuliner tradisional. Terdapat 42 jenis makanan tradisional yang disajikan di Pasar Kuliner Djajanan Ndeso Tempo Doeloe, Desa Lerep, dengan 8 di antaranya merupakan menu khas Desa Lerep. Kuliner tersebut menggunakan setidaknya 84 jenis tumbuhan pangan dari 34 famili, yang sebagian besar dapat ditemukan di desa tersebut.
Dengan temuan-temuan ini, Dr. Jumari berharap bahwa penelitiannya dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan kearifan lokal, serta memberikan inspirasi bagi pengembangan model pengelolaan sumberdaya hayati di daerah lain.